Categories: Uncategorized

Mengikuti Tren Global: Kenapa Gaya Hidup Mempengaruhi Opini Publik

Aku sering merasa dunia sekarang bergerak kayak treadmill yang kecepatannya diatur sama orang lain. Kamu juga gitu? Bangun, ngopi, scroll—dan tiba-tiba opini publik udah berubah. Gaya hidup yang semula cuma urusan personal, entah cara masak, pilihan baju, atau cara merawat tanaman monstera, sekarang jadi headline dan bahan perdebatan. Kadang aku mikir, sejak kapan memilih oat milk bisa dianggap pernyataan politik? Tapi ya, begitulah: tren global mau ga mau merembes ke gimana kita menilai sesuatu.

Kenapa gaya hidup jadi berita?

Aku masih inget waktu lihat feed pertama kali yang penuh orang pakai sustainable sneakers sambil bawa tumbler—rasanya lucu dan juga agak menegangkan. Ada pergeseran dari “ini gaya gue” ke “ini statement”. Ketika influencer besar mempromosikan suatu kebiasaan, media ikut ambil. Lalu media mainstream bikin reportase, dan opini publik mulai terbentuk: apakah ini keren, hip, munafik, atau malah berbahaya? Semua berlapis.

Gaya hidup jadi berita karena ia mudah dipahami dan menyentuh aspek identitas. Orang suka cerita yang bisa mereka tiru atau tolak dengan jelas. Jadi, ketika sebuah tren diangkat sebagai berita — misalnya tren meal-prep untuk pekerja remote atau kebiasaan zero-waste — itu nggak cuma soal barang atau kebiasaan, tapi soal “kita yang sekarang” versus “kita yang dulu”.

Media sosial: panggung dan ruang cermin

Di sinilah semuanya meledak. Aku sering ketawa sendiri membayangkan timeline sebagai panggung teater di mana semuanya serba diperagakan. Saat satu video viral, seluruh algoritma seolah bertepuk tangan: konten itu bakal terus muncul di feed, direkomendasikan, dan jadi acuan. Efeknya, tren yang mungkin dimulai dari satu komunitas kecil bisa menjadi norma sosial dalam hitungan minggu.

Yang menarik: media sosial bukan cuma menyebarkan tren, tapi juga menciptakan ruang cermin. Kita melihat banyak orang melakukan hal yang sama, lalu merasa “harus” ikut supaya tetap relevan. Kadang aku ngerasa berdiri di depan cermin besar—ngeliat semua gaya hidup yang berbeda-beda, lalu nanya ke diri sendiri, “apa aku ikut karena suka atau karena takut ketinggalan?”

Apakah kita terlalu ikut-ikutan?

Pertanyaan ini sering muncul waktu aku lagi curhat sama teman sambil ngopi. Dia tiba-tiba cerita kalo dia beli sepeda listrik karena terpengaruh berita tentang urban mobility. Aku sempat mikir, itu pilihan yang praktis, tapi ada sisi konsumtifnya juga. Jadi ya, jawabannya tidak hitam-putih.

Terkadang ikut tren itu positif: mempercepat adopsi solusi ramah lingkungan atau memperluas akses ke gaya hidup sehat. Tapi sisi negatifnya juga ada—tren bisa jadi dangkal dan berbentuk “performative activism” yang lebih pentingkan penampilan daripada substansi. Di situ peran opini publik muncul: kita bisa kritis, nanya lebih dalam, dan menahan diri sebelum memutuskan ikut-ikutan.

Dari kopi ke politik: contoh nyata

Salah satu contoh yang selalu buat aku senyum-senyum kecut: bagaimana pilihan kopi bisa jadi simbol kelas sosial atau identitas politik. Ingat dulu ketika kopi single-origin yang diseduh dengan teknik tertentu viral? Tiba-tiba kafe-kafe kecil kebanjiran pelanggan yang mau dipandang “melek budaya minum kopi”. Ada juga tren makanan—plant-based, flexitarian—yang jadi bahan debat di kolom komentar berita. Semua kecil-kecil tapi berulang, dan lama-lama membentuk lanskap opini.

Ada juga contoh lain yang agak serius: tren remote work. Awalnya nampak sebagai gaya hidup baru yang menyenangkan—bisa kerja dari pantai, katanya. Tapi setelah jadi headline global, debat tentang produktivitas, hak pekerja, dan regulasi kerja muncul. Opini publik terbentuk bukan hanya dari argumen akademis, tapi juga dari cerita pribadi yang viral: video orang yang menangis karena burnout, foto ruang kerja yang rapi, meme lucu tentang Zoom fatigue. Semua itu mempengaruhi kebijakan dan persepsi masyarakat.

Di tengah hiruk-pikuk ini aku sering tarik napas dan ingat satu hal sederhana: nggak semua tren harus diadopsi, tapi semua tren pantas dilihat. Menjadi sadar itu membebaskan—kita bisa memilih dengan alasan, bukan sekadar ikut karena feed bilang begitu. Kadang aku masih tergoda, misalnya waktu lihat dress vintage yang lucu banget sampai sambil minum kopi aku hampir melakukan “add to cart” dan terbatuk karena ketawa lihat reaksiku sendiri. Tapi itu bagian dari hidup, kan? Ikut sedikit, tolak sebagiannya, dan tetep punya suara sendiri dalam opini publik.

Akhirnya, gaya hidup dan berita itu kayak pasangan dansa—kadang serasi, kadang bikin salah langkah. Yang penting kita tetap punya ritme sendiri dan tetap jujur sama diri sendiri. Kalau lagi bingung, coba deh, matiin notifikasi, duduk sambil dengar hujan, dan pikir: ini tren buat aku atau buat feed?

Kalau ingin membaca perspektif lain tentang bagaimana tren global mengubah kebiasaan kita, ada beberapa tulisan menarik yang bisa dikulik di theorangebulletin.

engbengtian@gmail.com

Share
Published by
engbengtian@gmail.com

Recent Posts

Ngomongin Tren Global: Gaya Hidup Baru, Berita Ringan, Suara Warga

Apa yang terjadi ketika dunia terasa lebih kecil karena internet, tapi sekaligus lebih besar karena…

22 hours ago

Fila88: Sensasi Slot Online dengan Jackpot Menggiurkan

Fila88 menjadi salah satu pilihan favorit bagi pecinta slot online di Indonesia. Banyak pemain yang…

4 days ago

Ijobet Spaceman Slot: Sensasi Cashout Cepat Multiplier Besar Maxwin Gacor

Kenalan dengan Spaceman Slot Pragmatic Bagi penggemar game seru dari Pragmatic Play, ijobet spaceman slot…

3 weeks ago

Melihat Dunia: Tren Global yang Mengubah Gaya Hidup Kita Setiap Hari

Dalam era modern ini, tren global, berita gaya hidup, dan opini masyarakat menjadi semakin terhubung…

1 month ago

Kehidupan di Era Digital: Menerka Tren Gaya Hidup yang Sedang Viral!

Di tengah gempuran teknologi yang tak ada habisnya, kita hidup di dunia yang dipenuhi dengan…

1 month ago

Gaya Hidup Kekinian: Menyimak Tren Global yang Mempengaruhi Kita Sehari-hari

Di era serba cepat ini, tren global, berita gaya hidup, dan opini masyarakat menjadi unsur…

1 month ago